Flash back ke belakang, saat remaja SMA dan lagi seneng-senengnya kalo dibilang udah punya pacar, rasanya sering sekali kata cinta atau sayang diucapkan. Saat itu kata sayang lebih sering dipilih karena rasanya paling tepat. (Anak sekarang lebih gampang bilang cinta, lewat sms lagi).
TV belumlah sesemarak jaman sekarang, maka radiopun menjadi sarana hiburan paling meriah di dalam kamar tidur. Salah satu topik yang sempat dilontarkan oleh penyiar malam itu adalah “Apa bedanya cinta dan sayang”. Maka bersaut-sautanlah komentar dari pendengar lewat telpon mengemukakan pendapatnya. Gregetan dengan jawaban-jawaban ngambang dan tidak tegas, tanganpun gatal ikut pencet telepon. Kebeneran nyambung.
Sedikit singkat dan sederhana menerangkan beda cinta dengan sayang terletak kepada apa dan siapa cinta atau sayang itu ditujukan. Sayang bisa ditujukan ke apa atau siapa saja, sementara cinta hanya bisa ditujukan kepada sesuatu yang tidak dapat tergantikan. Tentu penyiar kurang puas dan bertanya :”Maksudnya ?”
Sayang adalah suatu perasaan senang yang mengakibatkan kita terikat dan mau berkorban kepada sesuatu yang kita merasa miliki dan / atau dimiliki, tetapi sesuatu itu dapat tergantikan. Bisa sayang kepada pacar, kepada mobil, kepada kelereng, kepada kucing, kepada istri dan seterusnya. Jadi ada bekas pacar, bekas mobil kita, bekas kelerang kita, bekas kucing kita dan bekas istri kita.
Sementara cinta adalah perasaan serupa tetapi kepada sesuatu yang tidak dapat tergantikan. Cinta kepada ALLAH Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada Rasulullah SAW adalah yang tertinggi, disusul cinta kepada ibu, cinta kepada anak, cinta kepada tahah air, cinta kepada ibu-nya anak-anak kita dan seterusnya.
Jadi kalau ada orang yang punya dua kewarga negaraan (menurut saya) orang tersebut tidak cinta dengan tanah airnya tetapi sekedar sayang saja. Kalau ada orang yang punya pacar, tapi belum nikah dan punya anak, tentu dia hanya bisa membukukan rasa sayang saja kepada pacarnya. Kalau pacarnya nanti menjadi istri, lalu punya anak dari pernikahannya, baru stempel cinta bisa bisa dipakai untuk merayu sang istri.
Sekedar pengalaman pribadi, setelah punya anak 3 orang dengan usia perkawinan 10 tahun, barulah saya undang kedua belah pihak keluarga untuk menyaksikan pernyataan cinta saya kepada istri. Sayangnya (waktu itu) konon istri tidak terlalu yakin bahwa memang dicintai, karena mungkin hanya kata sayang saja yang selama ini terdengar dan terlalu lama tidak mendengar kata cinta dari suami.
Kalau direnungkan, waktu anak pertama lahir seharusnya istri sudah dibisiki “Istriku, aku cinta padamu. Terima kasih cintaku, kamu sudah bersusah payah berkorban mengandung dan melahirkan anakku. Semoga ALLAH selalu mencurahkan Kasih dan Sayang Nya kepadamu. Amin”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar